Selamat Datang

Assalamu'alaikum wr wb.

Di rumah ini, aku bercerita tentang banyak hal yang kualami, kupelajari, dan kutemukan hikmahnya.

ini hanya catatan harianku. Tapi bagian dari jejak sejarah yang pernah terlewati dan akan terlalui.

Terima kasih, jika ada manfaatnya untukmu, saudaraku...

salam hikmah, aku muallaf...

Wassalam

Selasa, 23 Juni 2009


Mahalnya nilai pertolongan

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah,

niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Q.S.Muhammad : 7

Suatu hari sebuah nomor yang tidak saya kenal mengirimi sebuah pesan singkat. Setelah salam ia bertanya apakah saya fulanah yang berasal dari Jambi. Pesan itu baru terbaca pada hampir pukul sebelas malam. Saya tidak tahu siapa beliau dan tidak dapat memastikan beliau seorang pria atau wanita. Saya hanya khawatir jika beliau sangat membutuhkan jawaban saya saat itu. Akhirnya saya tetap membalasnya “Mohon maaf, saya baru saja membuka hp, benar saya Fira. Tapi mohon maaf, jika berkenan dan ada yang dapat saya bantu, mohon menghubungi kembali besok pagi setelah jam enam. Saya ada kelas. Terima kasih atas pengertiannya.”

Pukul enam pun berlalu. Dan tidak ada sebuah pesan pun yang masuk. Saya berusaha positif thinking, mungkin saja beliau masih sibuk. Saya tidak ingin berfikir kalau ini adalah diantara pesan iseng yang sering saya dapatkan. Ternyata benar, beberapa saat kemudian nomor itu kembali mengirimi pesan. “mohon maaf sebelumnya jika menganggu, tapi saya memang ingin meminta tolong.” Ternyata beliau membutuhkan buku yang hanya ada di perpustakaan salah satu fakultas di UGM, Perguruan Tinggi tempat saya kuliah dan sebuah kampus yang juga beliau sebutkan. Setelah memberi jawaban, iya.insya Allah saya bisa membantu, saya pun bertanya dengan siapa saya sedang ber SMS an. Ternyata beliau adalah orang yang dulu banyak membantu saya berkonsultasi tentang legislatif kampus ketika saya masih kuliah di S1.

Saya langsung berfikir bagaimana cara memperoleh buku itu dengan bantuan orang-orang disekitar saya. Akhirnya saya meminta pertolongan pada adik se-asrama yang kebetulan kuliah di fakultas yang bersangkutan. Beliau menyanggupi. Alhamdulillah. Tapi memang sulit rupanya meminta pertolongan pada orang yang berjiwa pedagang. Mungkin ini negatif thinking saya saja. Tapi setelah saya coba untuk muhasabah, mengapa begitu sulitnya harapan mendapatkan pertolongan itu akan terealisasi, saya jadi berfikir, mungkin karena yang dimintai tolong tidak pernah merasa di tolong.

Boleh dikatakan perasaan ini dialami oleh banyak orang. Hanya orang-orang yang lurus hatinya saja yang tidak mempermasahkan ini. Dia hanya berfikir bahwa apa pun fasilitas yang Allah berikan, haruslah menjadi jalan kemudahan bagi orang lain. Saya ingat suatu hari ada seseorang yang begitu mudahnya memberikan pertolongan mengatakan “mbak, bukankah ketika kita meringankan beban saudara, maka Allah akan meringankan beban kita?!” Subhanallah. Masih ada di dunia ini jiwa-jiwa seperti ini. Memberikan pertolongan tanpa pamrih, kecuali hanya dengan keikhlasan mengharap keridhaan Tuhannya.

Saya jadi berfikir, bagaimana dengan konteks menolong agama Allah? Bolehkah kita melebarkan makna dengan mengatakan, bahwa setiap hal baik yang Allah ridho padanya, tidak dalam rangka melaksanakan kemaksiyatan pada Allah, adalah bagian dari menolong agama Allah? Bolehkah jika kita katakan, bahwa membuat sunnah hasanah dengan melestarikan jiwa saling meringankan beban orang lain, adalah juga menolong agama Allah? Bolehkah jika katakan bahwa menolong agama Allah bukan hanya berdakwah dalam forum-forum dan berjihad dalam peperangan? Jika kita berjihad mendarmakan diri kita demi jalan kemudhan bagi orang lain, apakah itu bagian dari menolong agama Allah?

Jika jawaban yang kita dapatkan adalah “iya”, maka mengapa kita tidak menjadi cerdas membidik amal-amalan yang mudah kita lakukan dan bermanfaat besar bagi orang lain? Hanya hati kita bisa menjawabnya. Rasa egois adalah bagian dari diri kita. Wajar jika kita akan membuat banyak alasan untuk menguatkan sikap kita. Atau malah kita katakan bahwa itu adalah bagian dari hak asasi manusia. Adalah hak saya untuk menolong atau tidak. Na’udzubillahi mindzalik.

Semoga Allah menjaga qolbu kita dari sikap kikir, bahkan pada hal yang kecil sekali pun. Wallahu a’lam bishowab.

Muhasabah di awal Dhuha, Rabu 24 Juni 2009

fira412@gmail.com

2 komentar:

  1. Memang tidak negara Islam ataupun non Islam, sekarang semuanya mempersulit umat Islam. Mau haji saja dipersulit, padahal itu adalah salah satu kewajiban umat Islam.

    Mbak ini kelahiran Rimbo bujang ya...? Sama dong, saya juga kelahiran Rimbo bujang dan saat ini juga sedang menimba ilmu di Yogyakarta.
    Salam kenal ya mbak... Semoga Ridho Allah selalu bersama kita

    BalasHapus
  2. benar, mas. semoga hati kita yang suka bolak balik ini tetap waspada :)

    iya saya numpang lahir di Rimbo bujang. ortu pernah ikut proyek penelitian pertanian UGM di sana. katanya di unit 10 saya lahir.

    nice to meet u ^_^. ditunggu karya-karyanya. kapan bukunya dicetak?

    BalasHapus

bersikap bijak, berkata baik:)